JelangPemilihan Pengganti Umar bin Khattab. Umar bin Khattab adalah pemimpin Islam yang mengenalkan cara pemilihan pemimpin (khalifah) melalui pengambilan suara terbanyak. Gagasan ini beliau sampaikan pada tahun terakhir kekhilafahan, guna menentukan siapa pemimpin pengganti beliau. Sebetulnya, dalam pandangan pribadi Umar bin Khattab sudah
- Umar bin Khattab merupakan Khulafaur Rasyidin kedua, yang memimpin setelah Abu Bakar. Pada masa kepemimpinannya, umat Islam muncul sebagai kekuatan baru di wilayah Timur Tengah. Umar bin Khattab menjadi khalifah selama sepuluh tahun, yakni antara 634 hingga tahun resmi menjadi Khulafaur Rasyidin kedua menggantikan Khalifah Abu Bakar, yang meninggal pada 634. Berikut ini proses terpilihnya Umar bin Khattab menjadi Khalifah Khulafaur Rasyidin. Baca juga Umar bin Khattab, Sahabat yang Pernah Berniat Membunuh RasulullahTerpilih berdasarkan wasiat Abu Bakar Setelah wafatnya Nabi Muhammad pada 632, Abu Bakar resmi menjadi khalifah umat Islam saat itu. Ketika Abu Bakar menjadi Khulafaur Rasyidin pertama, Umar bin Khattab berperan sebagai penasihat kepala. Begitu Abu Bakar meninggal, Umar ditunjuk untuk menggantikan posisinya menjadi Khulafaur Rasyidin kedua. Ditunjuknya Umar sebagai khalifah kedua merupakan peristiwa yang sangat penting dalam sejarah Islam. Dalam riwayat, disebutkan bahwa Umar diangkat menjadi khalifah pada Jumadilakhir bulan keenam tahun 13 Hijriah.
SaidinaUmar bin al-Khattab telah dilahirkan pada 13 tahun selepas kelahiran junjungan mulia Nabi Muhammad iaitu pada tahun 583 Masihi. Nama sebenar beliau ialah Umar bin al-Khattab bin Naufal. Beliau berketurunan Bani A'di daripada golongan Arab Quraisy. Beliau telah diberi gelaran al-Farouk yang membawa maksud pemisah antara hak dan batil
Jakarta - Umar bin Khattab merupakan sosok sahabat Rasulullah SAW yang memiliki sifat yang kuat, tegas, berani, dan bijaksana. Sosok Umar sangat lekat di ingatan para kaum muslimin, bahkan kisah wafatnya selalu dikenang dan tak lekang oleh dari detikHikmah yang mengutip dari buku Teori dan Implementasi Kepemimpinan Strategis yang disusun oleh Tri Cicik Wijayanti, penyebab kematian Umar bin Khattab adalah karena dendam pribadi Abu Lukluk Fairuz, seorang budak yang fanatik. Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk pada saat menjadi imam sholat subuh pada Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 Lukluk sendiri adalah orang Persia yang masuk Islam setelah penaklukan Persia oleh Umar bin Khattab sebagai rangka ekspansi atau perluasan wilayah Islam. Pembunuhan tersebut dilatarbelakangi oleh rasa sakit hati Abu Lukluk akibat kekalahan Persia yang kala itu merupakan negara adidaya. Menurut Afdhal, dkk. menyebutkan dalam buku Sejarah Peradaban Islam, bahwa sebelum Abu Lukluk membunuh Umar bin Khattab, terdapat penyebaran konspirasi yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam dari kalangan Yahudi dan Persia. Menurut beberapa sumber, Umar bin Khattab ditusuk oleh Abu Lukluk menggunakan belati sebelum menghembuskan nafas terakhirnya Umar meninggalkan sebuah ajalnya, Umar memilih enam sahabatnya yakni Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair, Abdurrahman bin Auf, dan Sa'ad bin Abi Waqqash. Umar kemudian berwasiat pada mereka agar memilih salah satu seorang di antara mereka untuk menjadi khalifah selanjutnya ajal kian dekat dengannya, Umar bin Khattab lantas mengutus putrannya Abudallah bin Umar untuk menemui Aisyah, istri Rasulullah SAW, untuk menyampaikan salam pada Aisyah dan permohonannya agar diperkenankan untuk dimakamkan di samping Rasulullah yang tercantum dalam buku Kisah-Kisah Inspiratif Sahabat Nabi karya Muhammad Nasrulloh, Aisyah kemudian menyetujui permohonan tersebut. Meskipun Aisya sendiri pun sangat ingin kelak dimakamkan di samping suaminya Rasulullah SAW dan ayahnya, Abu Bakar kemudian mengabarkan pada ayahnya perihal izin dari Aisyah. Umar bergembira sebab tempat itu adalah yang paling diinginkannya ketika dalam buku Kuliah Adab susunan 'Aabidah Ummu 'Aziizah, S. Pd. I, dkk., disebutkan bahwa muslim yang beriman dan taat ketika menghadapi kematian perlu disampaikan kabar gembira sebab seseorang yang saleh dan terkenal baik hendaknya digembirakan dengan pahala dari Allah sebagaimana janji-Nya atas orang-orang yang Umar bin Khattab menghadapi kematian, ia didatangi seorang lelaki dari kaum Anshar. Lelaki itu berkata padanya, "Bergembiralah wahai Amirul Mukminin atas kabar gembira dari Allah yang berupa ampunan atas dosa-dosamu yang terdahulu dengan masuknya engkau dalam Islam, juga dijadikannya engkau sebagai pengganti Rasulullah dan engkau menjadi pemimpin yang adil, dan bergembira pulalah engkau atas nikmat kesyahidan yang sebentar lagi kau dapatkan setelah ini semua."Kemudian, Umar bin Khattab menjawab, "Wahai anak saudaraku, aku berharap cukuplah aku dimatikan dalam keadaan baik." al-Munjid 9.Kepemimpinan Setelah Umar bin KhattabSetelah wafatnya Umar bin Khattab, Utsman bin Affan mengambil alih jabatan khalifah. Berbeda dengan karakter Umar bin Khattab yang berbadan kuat dan kekar serta sangat memperhatikan tanggung jawab dirinya dan bawahannya, Utsman bin Affan memiliki sifat yang lebih lembut dan santun perangainya dalam terpuji dan kebaikan Utsman bin Affan telah berhasil membimbing kaum muslimin. Bahkan mengutip buku Kisah-Kisah Islam Yang Menggetarkan Hati oleh Hasan Zakaria Fulaifal, disebutkan bahwa Umar bin Khattab hidup dalam kemisikinan dan meninggal dalam keadaan berhutang, sementara yang melunasinya adalah Utsman bin Affan ketika belum seminggu sejak kematian Umar bin kisah meninggalnya Umar bin Khattab, salah satu khalifah kebanggan umat muslim. Umar bin Khattab membuktikan bahwa kematian bagi orang yang beriman lagi saleh adalah kabar baik karena segala amalan baik yang telah dikerjakannya selama di dunia akan menolongnya di akhirat kelak. Simak Video "Menikmati Pemandangan Kota dari Atas Bukit Galumpang" [GambasVideo 20detik] alk/alk
Prinsipdemikianlah yang mendasari hidupnya bertoleransi di Tanah Suci itu. Semua bermula dari kesediaan Patriarch Sophronious, pemuka agama Kristen Ortodoks Yerusalem saat itu, untuk memberikan kunci kota kepada Khalifah Umar bin Khattab. Penyerahan kunci tersebut dilakukan tanpa paksaan, melainkan sebagai upaya diplomasi.
Kehidupan Khalifah Umar bin Khattab tidak lepas dari memperhatikan kesejahteraan, keamanan, dan keadilan warganya. Suatu ketika Umar mendapat laporan bahwa putra Gubernur Mesir telah menempeleng seorang warga negara tanpa sebab berarti dibanding perlakuan yang telah didapatnya itu. Seketika, Umar segera memanggil sang Gubernur yang tak lain adalah Amr bin Ash untuk menghadapkan putranya dan mempertanggungjawabkan perbuatannya yang dinilai sewenang-wenang itu. Di hadapan Gubernur Mesir dan putranya itu, Khalifah Umar memperlihatkan ketegasannya dengan kata-kata yang hingga kini termasyhur menjadi sebuah doktrin. Umar berkata Ilaa mataa ista’badtum an naasa wa qod waladathum ummahatuhum ahroron? Sampai kapan kalian memperbudak manusia, padahal mereka dilahirkan oleh ibu-ibu mereka dalam keadaan merdeka? Konon, menurut riwayat yang diceritakan oleh KH Saifuddin Zuhri dalam buku karyanya Berangkat dari Pesantren 2013 itu, doktrin Sayyidina Umar tersebut yang menguatkan jalan perjuangan para kiai dan ulama di Indonesia dalam mengusir penjajah dari tanah air. Dalam sejarahnya, keprihatinan dan peran sentral para kiai dari kalangan pesantren dalam menghidupkan kesadaran bangsa Indonesia untuk merdeka dari kungkungan penjajah begitu tinggi. Bahkan atas langkahnya itu, pesantren selalu mendapat sorotan dari pihak kolonial karena dianggap mampu memobilisasi kekuatan rakyat untuk melakukan perlawanan. Bagi bangsa Indonesia, perlawanan wajib dilakukan kepada penjajah atas perlakuannya yang tidak berperikemanusiaan. Ketegasan Khalifah Umar kepada Amr bin Ash bukan kali itu saja. Amr bin Ash berencana akan membangun sebuah masjid besar di tempat gubuk tersebut dan otomatis harus menggusur gubuk reot Yahudi itu. Lalu dipanggil lah si Yahudi itu untuk diajak diskusi agar gubuk tersebut dibeli dan dibayar dua kali lipat. Akan tetapi si Yahudi tersebut bersikeras tidak mau pindah karena dia tidak punya tempat lain selain di situ. Karena sama-sama bersikeras, akhirnya turun perintah dari Gubernur Amr bin Ash untuk tetap menggusur gubuk tersebut. KH Abdurrahman Arroisi dalam salah satu jilid bukunya 30 Kisah Teladan 1989 menjelaskan, si Yahudi merasa dilakukan tidak adil, menangis berurai air mata, kemudian dia melapor kepada khalifah, karena di atas gubernur masih ada yang lebih tinggi. Dia berangkat dari Mesir ke Madinah untuk bertemu dengan Khalifah Sayyidina Umar bin Khattab. Sepanjang jalan si Yahudi ini berharap-harap cemas dengan membanding bandingkan kalau gubernurnya saja istananya begitu mewah, bagaimana lagi istananya khalifahnya? Kalau gubernrunya saja galak main gusur apalagi khalifahnya dan saya bukan orang Islam apa ditanggapi jika mengadu?” Sesampai di Madinah dia bertemu dengan seorang yang sedang tidur-tiduran di bawah pohon Kurma, dia hampiri dan bertanya, bapak tau dimana khalifah Umar bin Khattab? Dijawab orang tersebut, ya saya tau, Di mana Istananya? Istananya di atas lumpur, pengawalnya yatim piatu, janda-janda tua, orang miskin dan orang tidak mampu. Pakaian kebesarannya malu dan taqwa. Si Yahudi tadi malah bingung dan lalu bertanya sekarang orangnya di mana pak? Ya di hadapan tuan sekarang. Gemetar Yahudi ini keringat bercucuran, dia tidak menyangka bahwa di depannya adalah seorang khalifah yang sangat jauh berbeda dengan gubernurnya di Mesir. Sayiddina Umar bertanya, kamu dari mana dan apa keperluanmu? Yahudi itu cerita panjang lebar tentang kelakuan Gubernur Amr bin Ash yang akan menggusur gubuk reotnya di Mesir sana. Setelah mendengar ceritanya panjang lebar, Sayyidina Umar menyuruh Yahudi tersebut mengambil sepotong tulang unta dari tempat sampah di dekat situ. Lalu diambil pedangnya kemudian digariskan tulang tersebut lurus dengan ujung pedangnya, dan disuruhnya Yahudi itu untuk memberikannya kepada Gubernur Amr bin Ash. Makin bingung si Yahudi ini dan dia menuruti perintah Khalifah Sayyidina Umar tersebut. Sesampai di Mesir, Yahudi ini pun langsung menyampaikan pesan Sayyidina Umar dengan memberikan sepotong tulang tadi kepada Gubernur Amr bin Ash. Begitu dikasih tulang, Amr bin Ash melihat ada garis lurus dengan ujung pedang, gemetar dan badannya keluar keringat dingin lalu dia langsung menyuruh kepala proyek untuk membatalkan penggusuran gubuk Yahudi tadi. Amr bin Ash berkata pada Yahudi itu, ini nasehat pahit buat saya dari Amirul Mukminin Umar bin Khattab, seolah-olah beliau bilang hai Amr bin Ash, jangan mentang-mentang lagi berkuasa, pada suatu saat kamu akan jadi tulang-tulang seperti ini. Maka mumpung kamu masih hidup dan berkuasa, berlaku lurus dan adillah kamu seperti lurusnya garis di atas tulang ini. Lurus, adil, jangan bengkok, sebab kalau kamu bengkok maka nanti aku yang akan luruskan dengan pedang ku. Singkat cerita, setelah melihat keadilan yang dicontohkan Sayyidina Umar tersebut, akhirnya Yahudi itu menghibahkan gubuknya tadi buat kepentingan pembangunan masjid, dan dia pun masuk Islam oleh karena keadilan dari Umar bin Khattab. Penulis Fathoni Ahmad Editor Muchlishon
Haru Ketika Umar bin Khatab Tak Kuasa Meneteskan Air Mata Melihat Kesederhanaan Rasulullah. Putrinya menjawab, 'Dia memerintahkan petugas untuk mengumumkan, hendaknya susu tidak dicampur dengan air.'. Ibunya berkata, 'Putriku, lakukan saja, campur susu itu dengan air, kita di tempat yang tidak dilihat oleh Umar dan petugas Umar.'.
Bagaimana Proses Pemilihan Umar Bin Khattab Sebagai Khalifah – Umar bin Khattab adalah salah satu khalifah terbaik yang pernah melayani umat Islam. Ia telah lama menjadi seorang yang dihormati di kalangan umat Islam dan dipilih sebagai khalifah ketika masih hidup Rasulullah SAW. Namun, bagaimana ia dipilih menjadi khalifah? Sejarah mencatat bahwa setelah wafatnya Rasulullah SAW, sahabat-sahabat yang berada di Madinah berkumpul untuk menentukan siapa yang akan menggantikan beliau sebagai khalifah. Mereka mengadakan pemilihan dan mengumpulkan banyak informasi dan fakta yang akan membantu mereka membuat keputusan. Pertama, mereka meminta pendapat dari sahabat-sahabat yang berada di Madinah. Mereka berbicara tentang siapa yang paling layak untuk menggantikan Rasulullah SAW. Setelah itu, mereka mengumpulkan pendapat dari sahabat-sahabat di luar Madinah. Mereka mengirim surat kepada para sahabat di kota Makkah, Basra dan Kufah. Mereka meminta pendapat mereka tentang siapa yang layak menjadi khalifah. Dengan semua informasi yang mereka dapatkan, mereka memutuskan untuk mengadakan sebuah pertemuan untuk menentukan siapa yang akan menjadi khalifah. Pada saat pertemuan tersebut, Umar bin Khattab dan Abu Bakar dipilih sebagai khalifah. Bagaimanapun, Abu Bakar menolak pilihan tersebut dan mengusulkan Umar bin Khattab sebagai khalifah. Umar bin Khattab dipilih karena ia memiliki kualifikasi dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi khalifah. Ia memiliki kepemimpinan yang luar biasa, kebijaksanaan yang luar biasa, dan keterampilan administrasi yang hebat. Umar bin Khattab dipilih sebagai khalifah oleh para sahabat-sahabat dengan suara bulat. Selama masa pemerintahannya, ia memimpin umat Islam dengan kebijaksanaan dan kepemimpinan yang luar biasa. Ia membuat banyak perubahan dan perbaikan dalam masyarakat Islam, seperti menciptakan sistem pemerintahan yang lebih baik, meningkatkan pendidikan, dan meningkatkan derajat kemakmuran umat Islam. Ia juga menyebarkan ajaran Islam ke berbagai wilayah di dunia. Ia telah menjadi pemimpin yang luar biasa dan khalifah yang luar biasa yang telah membawa umat Islam pada tingkat yang lebih tinggi. Penjelasan Lengkap Bagaimana Proses Pemilihan Umar Bin Khattab Sebagai Khalifah1. Setelah wafatnya Rasulullah SAW, sahabat-sahabat yang berada di Madinah berkumpul untuk menentukan siapa yang akan menggantikan beliau sebagai khalifah. 2. Mereka meminta pendapat dari sahabat-sahabat yang berada di Madinah dan sahabat-sahabat di luar Madinah melalui Umar bin Khattab dipilih karena ia memiliki kualifikasi dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi Umar bin Khattab dipilih sebagai khalifah oleh para sahabat-sahabat dengan suara Selama masa pemerintahannya, Umar bin Khattab memimpin umat Islam dengan kebijaksanaan dan kepemimpinan yang luar Ia membuat banyak perubahan dan perbaikan dalam masyarakat Islam, seperti menciptakan sistem pemerintahan yang lebih baik, meningkatkan pendidikan, dan meningkatkan derajat kemakmuran umat Islam. 7. Ia juga menyebarkan ajaran Islam ke berbagai wilayah di dunia dan membawa umat Islam pada tingkat yang lebih tinggi. 1. Setelah wafatnya Rasulullah SAW, sahabat-sahabat yang berada di Madinah berkumpul untuk menentukan siapa yang akan menggantikan beliau sebagai khalifah. Setelah wafatnya Rasulullah Saw, sahabat-sahabat Rasulullah yang berada di Madinah berkumpul untuk menentukan siapa yang akan menggantikan beliau sebagai khalifah. Mereka berdiskusi tentang siapa yang paling tepat untuk menjadi pemimpin umat Islam. Namun, tidak ada kesepakatan tentang siapa yang harus dipilih, karena sahabat-sahabat itu semua memiliki pendapat yang berbeda. Pada akhirnya, sahabat-sahabat yang hadir bersepakat untuk memilih Abu Bakar sebagai khalifah pertama. Abu Bakar menjalankan tugasnya dengan sangat baik, dan dia dianggap sebagai pemimpin yang sangat berbakti dan tangguh. Dia memimpin umat Islam dengan damai dan adil. Setelah Abu Bakar meninggal dunia, sahabat-sahabat Rasulullah berkumpul lagi untuk memilih khalifah baru. Saat itu, Umar bin Khattab adalah salah satu kandidat yang paling populer. Dia adalah salah satu sahabat yang paling dekat dengan Rasulullah Saw. Umar juga dikenal sebagai orang yang jujur, tegas, dan berwawasan luas. Dia juga sangat bijaksana dalam menangani masalah yang dihadapi oleh umat Islam. Karena itu, sahabat-sahabat Rasulullah akhirnya memilih Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua. Pada saat itu, Umar dianggap sebagai pemimpin yang dapat diandalkan dan dihormati. Dia menjalankan tugasnya dengan baik dan memimpin umat Islam dengan adil. Dia juga memperkuat ekonomi, memperluas wilayah kerajaan, meningkatkan pendidikan, menciptakan sistem hukum yang adil, dan membawa perubahan yang besar di seluruh wilayah Islam. Khalifah Umar bin Khattab menjadi salah satu khalifah yang paling dihormati dan diingat dalam sejarah umat Islam. Dia memimpin umat Islam dengan baik dan meninggalkan banyak legasi yang bermanfaat bagi umat Islam. Dia juga dikenal sebagai salah satu khalifah yang paling berhasil dan dihormati di masa lalu. 2. Mereka meminta pendapat dari sahabat-sahabat yang berada di Madinah dan sahabat-sahabat di luar Madinah melalui surat. Proses pemilihan Umar bin Khattab sebagai Khalifah merupakan salah satu proses pemilihan yang paling penting dalam sejarah Islam. Proses tersebut menunjukkan betapa pentingnya pengambilan keputusan kolektif dalam sejarah Islam. Pada saat itu, sahabat-sahabat yang berada di Madinah dan sahabat-sahabat di luar Madinah dipanggil untuk menyatakan pendapat mereka tentang siapa yang sebaiknya menggantikan Rasulullah sebagai Khalifah. Pendapat mereka disampaikan melalui surat. Surat-surat ini berisi pertanyaan tentang siapa yang harus dipilih. Mereka juga diminta untuk menyampaikan alasan mereka mengapa orang yang dipilih layak menjadi Khalifah. Selain itu, surat-surat ini juga menanyakan apakah ada orang lain yang layak untuk menggantikan Rasulullah sebagai Khalifah. Setelah menerima surat-surat tersebut, sahabat-sahabat mengirimkan jawaban mereka masing-masing. Mereka menyatakan pendapat mereka mengenai siapa yang layak menjadi Khalifah. Pendapat yang paling banyak menerima dukungan adalah Umar bin Khattab. Umar bin Khattab dipilih sebagai khalifah karena banyak sahabat yang menyatakan bahwa dia adalah orang yang paling tepat untuk menggantikan Rasulullah. Mereka menyatakan bahwa dia memiliki kepribadian yang sama seperti Rasulullah. Dia dianggap sebagai orang yang cakap, tegas, adil, dan kuat. Ketika Umar bin Khattab terpilih sebagai Khalifah, dia menerima banyak dukungan dari sahabat-sahabat. Dia menyatakan bahwa ia akan menjalankan tugasnya dengan benar, seperti yang telah ditetapkan oleh Rasulullah, dan ia menjanjikan untuk menjaga kehormatan dan kemakmuran orang-orang. Dalam proses pemilihan Umar bin Khattab sebagai Khalifah, sahabat-sahabat di Madinah dan luar Madinah telah berperan penting. Dengan menyampaikan pendapat mereka melalui surat-surat yang dikirimkan, sahabat-sahabat telah menunjukkan betapa pentingnya pengambilan keputusan kolektif dalam sejarah Islam. Proses ini menegaskan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pendengaran dan diperhatikan dalam mendiskusikan masalah yang penting. 3. Umar bin Khattab dipilih karena ia memiliki kualifikasi dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi khalifah. Umar bin Khattab adalah orang yang dipilih oleh sahabat-sahabat Nabi Muhammad untuk menjadi khalifah. Sebelum memilih Umar, sahabat-sahabat Nabi Muhammad telah menilai berbagai kualifikasi dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi khalifah. Umar memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang efektif dan cepat, serta ia juga memiliki pengalaman yang luas dalam hal politik. Umar memiliki kualifikasi yang diperlukan untuk menjadi khalifah dari segi kepemimpinannya. Ia memiliki kesadaran yang tinggi tentang komitmennya untuk melayani orang-orang di sekitarnya. Ia juga memiliki keterampilan yang luar biasa dalam berkomunikasi dengan orang lain. Ia selalu berusaha untuk mendengarkan pendapat orang lain, mempertimbangkan segala sesuatu secara obyektif, dan mengambil keputusan yang bijaksana. Selain kemampuan berpikir, Umar juga memiliki keterampilan bernegosiasi yang sangat baik. Ia adalah seorang yang tegas dan berani. Ketika ia berhadapan dengan masalah-masalah politik, ia selalu melakukan perundingan dengan bijaksana. Ia juga mampu menemukan solusi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang berbeda. Umar juga memiliki kemampuan untuk memimpin orang-orang dengan cara yang tepat dan menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan politik. Ia mampu menyelesaikan masalah dengan cara yang baik dan melakukan perubahan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Umar juga memiliki kualifikasi yang diperlukan untuk memimpin umat Islam. Sejak awal, ia telah menunjukkan komitmen yang kuat terhadap agama dan berupaya untuk menjalankan ajaran-ajaran agama dengan cara yang benar. Ia juga memiliki kemampuan untuk membawa perubahan yang diperlukan untuk membangun sebuah masyarakat yang beradab. Dari semua kualifikasi dan keterampilan yang dimiliki oleh Umar bin Khattab, ia dipilih oleh sahabat-sahabat Nabi Muhammad untuk menjadi khalifah. Ia memiliki banyak hal yang diperlukan untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, termasuk kemampuan untuk berpikir secara objektif, keterampilan bernegosiasi yang baik, dan komitmen yang kuat terhadap ajaran agama. Dengan semua kualifikasi dan keterampilan ini, Umar dipilih untuk menjadi khalifah yang berhasil dan dapat menjaga kemajuan Islam. 4. Umar bin Khattab dipilih sebagai khalifah oleh para sahabat-sahabat dengan suara bulat. Umar bin Khattab adalah salah satu tokoh besar Islam dan salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW. Pada masa itu, beliau dianggap sebagai orang yang terbaik untuk menjadi khalifah. Tidak lama setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, para sahabat memutuskan untuk mencari orang yang akan menggantikan Nabi Muhammad SAW sebagai khalifah. Mereka memutuskan untuk memilih Umar bin Khattab sebagai khalifah. Umar bin Khattab adalah salah satu sahabat Nabi yang paling berpengaruh dan berpengalaman. Dia juga dikenal karena kepribadiannya yang tegas dan kuat. Pemilihan Umar bin Khattab sebagai khalifah dimulai dengan sesi diskusi antara para sahabat. Mereka berbicara tentang hal-hal seperti kualifikasi dan kemampuan Umar bin Khattab sebagai khalifah. Setelah itu, mereka mengadakan pemungutan suara untuk menentukan siapa yang akan menjadi khalifah. Mereka memutuskan bahwa Umar bin Khattab akan menjadi khalifah dengan suara bulat. Umar bin Khattab sangat dianugerahi dengan kemampuan untuk memerintah dan mengatur yang luar biasa. Dia juga memiliki banyak pengalaman dan keterampilan dalam mengatur negara. Kekuatan dan ketegasan Umar bin Khattab juga membantunya dalam meningkatkan ketertiban dan keamanan di seluruh wilayah. Umar bin Khattab menjadi khalifah yang sangat dihormati dan dihargai oleh para sahabat. Dia menjadi khalifah yang dianggap sebagai ikon dan teladan bagi umat Islam. Dia menjadi khalifah yang paling berpengaruh dan berpengalaman dalam sejarah Islam. Dia juga menjadi salah satu khalifah yang paling berhasil dalam mengatur dan mengurus negara. Kepemimpinan Umar bin Khattab terkenal karena pemikirannya yang modern dan kreatif dalam menata wilayah dan meningkatkan ketertiban dan keamanan di seluruh wilayah. Dia juga dikenal karena kebijakannya yang tegas dan menguntungkan umat Islam. Dengan semua kualifikasi dan pengalaman yang dimilikinya, Umar bin Khattab dipilih sebagai khalifah oleh para sahabat dengan suara bulat. Dia menjadi khalifah yang dicintai dan dihormati oleh umat Islam. Dia menjadi contoh khalifah yang terbaik dan banyak pengaruhnya dalam sejarah Islam. 5. Selama masa pemerintahannya, Umar bin Khattab memimpin umat Islam dengan kebijaksanaan dan kepemimpinan yang luar biasa. Setelah wafatnya Khalifah Abu Bakr, Umar bin Khattab telah dipilih sebagai Khalifah yang menggantikan Abu Bakr. Proses pemilihan Umar sebagai Khalifah terbagi menjadi beberapa tahapan. Pertama-tama, para sahabat Nabi Muhammad SAW telah berkumpul di Masjid Nabawi di Madinah untuk memilih khalifah selanjutnya. Mereka tidak sepakat tentang siapa yang akan menjadi Khalifah. Saat itu, Umar bin Khattab berdiri di samping Abu Bakr dan memberikan dukungan penuh kepadanya. Abu Bakr meminta salah satu sahabat untuk mengumumkan kandidatnya, yaitu Umar bin Khattab. Para sahabat yang hadir sepakat untuk secara aklamasi mengumumkan Umar bin Khattab sebagai Khalifah. Kedua, setelah Umar bin Khattab dipilih sebagai Khalifah, ia mengadakan pertemuan dengan para sahabat lainnya. Pada pertemuan ini, Umar meminta setiap sahabat untuk menandatangani sebuah dokumen yang mengikat mereka untuk mematuhi dan mendukung pemerintahannya. Setelah itu, Umar bin Khattab pun menyampaikan pidatonya dan menyatakan bahwa ia akan memimpin umat Islam dengan kebijaksanaan dan kepemimpinan yang luar biasa. Ketiga, Umar bin Khattab pun menerapkan beberapa peraturan dan aturan yang diperlukan untuk membuat pemerintahannya berjalan lancar. Ia mengadakan berbagai pertemuan dan diskusi dengan para sahabatnya untuk memastikan bahwa semua peraturan dan aturan yang telah ditetapkan berjalan dengan baik. Keempat, Umar bin Khattab juga membuat berbagai peraturan yang bertujuan untuk menjamin kesejahteraan dan kemakmuran umat Islam. Ia membuat peraturan tentang penggunaan harta benda, pembagian harta rampasan perang, pengangkatan pejabat pemerintah, dan lain-lain. Kelima, selama masa pemerintahannya, Umar bin Khattab memimpin umat Islam dengan kebijaksanaan dan kepemimpinan yang luar biasa. Ia menegakkan nilai-nilai Islam ke seluruh umat dan menghormati semua perbedaan. Ia juga membuat berbagai kebijakan tentang pendidikan, ekonomi, sosial, dan politik yang bertujuan untuk memajukan dan menjaga kesejahteraan umat Islam. Ia juga menghadapi setiap tantangan yang dihadapi oleh umat Islam dengan tegas dan teguh. Dengan kebijaksanaan dan kepemimpinan yang luar biasa, Umar bin Khattab berhasil memimpin umat Islam dengan baik dan membuat mereka menjadi salah satu umat terkuat di dunia. Ia membawa berbagai perubahan positif dan meningkatkan kualitas hidup umat Islam. Oleh karena itu, ia telah dikenal sebagai salah satu khalifah terbesar dalam sejarah Islam. 6. Ia membuat banyak perubahan dan perbaikan dalam masyarakat Islam, seperti menciptakan sistem pemerintahan yang lebih baik, meningkatkan pendidikan, dan meningkatkan derajat kemakmuran umat Islam. Pemilihan Umar bin Khattab sebagai Khalifah adalah salah satu keputusan yang paling penting dalam sejarah Islam. Pemilihan ini menandakan bahwa Islam telah berhasil melewati masa transisi dari sebuah gerakan keagamaan yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW ke sebuah negara berdaulat yang dipimpin oleh seorang Khalifah. Umar bin Khattab telah memainkan peran penting dalam menyatukan komunitas Muslim dan menghadapi musuh-musuh dari luar. Setelah kematian Nabi Muhammad SAW, sahabat-sahabatnya memilih Abu Bakar sebagai Khalifah pertama. Pada masa pemerintahannya, Abu Bakar menyatukan komunitas Muslim dan memerangi musuh-musuh dari luar. Pada tahun 634 M, Abu Bakar wafat, dan Umar bin Khattab dipilih untuk menggantikannya. Umar bin Khattab mempunyai kepemimpinan yang luar biasa dan komitmen yang kuat untuk memajukan dan memperluas Islam. Ia memimpin pasukan Muslim untuk melewati batas-batas teritorial Islam dan menguasai daerah-daerah baru. Ia juga melakukan pelbagai tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Islam. Ia membuat banyak perubahan dan perbaikan dalam masyarakat Islam, seperti menciptakan sistem pemerintahan yang lebih baik, meningkatkan pendidikan, dan meningkatkan derajat kemakmuran umat Islam. Ia juga memperkenalkan zakat, sebuah sistem di mana orang-orang yang lebih kaya dinasihatkan untuk membantu orang-orang yang lebih miskin. Selain itu, Umar memperkenalkan undang-undang baru untuk menjamin persamaan hak bagi semua orang, tanpa memandang latar belakang etnik atau agama. Dia juga mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa masyarakat Islam hidup dalam keamanan dan kesejahteraan. Umar juga mengambil langkah-langkah untuk memajukan pendidikan dan memperkenalkan teknik-teknik pengajaran baru. Dia memperkenalkan sistem pendidikan yang lebih berorientasi pada praktik dan memastikan bahwa semua anak-anak memiliki akses yang sama untuk mendapatkan pendidikan. Kepemimpinan Umar bin Khattab telah mengubah dunia dan telah membuat masyarakat Islam lebih makmur dan berkembang. Ia telah mendorong dan memajukan perkembangan Islam di seluruh dunia dan telah meninggalkan jejak yang dapat kita ikuti sampai saat ini. 7. Ia juga menyebarkan ajaran Islam ke berbagai wilayah di dunia dan membawa umat Islam pada tingkat yang lebih tinggi. Umar Ibnu Khattab merupakan salah satu Khalifah terbesar dalam sejarah Islam. Ia menjadi Khalifah pada tahun 634 Masehi dan kemudian menjadi pemimpin umat Islam hingga tahunnya wafat pada tahun 644 Masehi. Ia dikenal sebagai Khalifah yang sangat bijaksana, berani dan adil. Proses pemilihan Umar Ibnu Khattab sebagai Khalifah dimulai setelah wafatnya Nabi Muhammad saw. Pada saat itu, umat Muslim tidak memiliki pemimpin, karena Nabi Muhammad saw. adalah orang yang paling berpengaruh di antara mereka. Melihat situasi yang tak terkendali, para sahabat Nabi Muhammad saw. memutuskan untuk memilih seorang pemimpin. Mereka memutuskan untuk memilih salah satu dari sepuluh orang yang dikenal sebagai The Ten, yaitu sepuluh orang yang dianggap paling dekat dengan Nabi Muhammad saw. Salah satu dari The Ten adalah Umar Ibnu Khattab. Ketika Umar Ibnu Khattab dipilih sebagai Khalifah, ia mengambil tindakan yang bijaksana untuk menjaga stabilitas di antara umat Muslim. Ia membuat kebijakan yang adil dan tertata dengan baik, yang membuat umat Muslim merasa aman dan nyaman. Ia juga mengatur sistem pajak yang lebih adil bagi semua orang dan membuat sistem keuangan yang lebih baik. Selain itu, Umar Ibnu Khattab juga menyebarkan ajaran Islam ke berbagai wilayah di dunia. Ia mengirim pasukan perang dan duta untuk menyebarkan ajaran Islam ke berbagai wilayah. Ia juga membangun masjid dan tempat ibadah di berbagai negara untuk memperluas pengaruh Islam. Selain itu, ia juga melakukan perjanjian dengan berbagai negara untuk memastikan keamanan dan stabilitas bagi umat Muslim. Ketika Umar Ibnu Khattab menjadi Khalifah, ia membawa umat Islam pada tingkat yang lebih tinggi. Ia memperluas wilayah kerajaan Islam dan membangun kota-kota seperti Kufa, Basrah, dan Fustat. Ia juga membangun sejumlah jalan raya yang memudahkan umat Muslim untuk berpergian dengan aman dan nyaman. Ia mengizinkan orang-orang untuk menyebarkan agama mereka dan membiarkan orang-orang yang berbeda berinteraksi satu sama lain. Hal ini membuat umat Muslim lebih toleran terhadap agama dan budaya lain. Umar Ibnu Khattab memang merupakan salah satu Khalifah terbaik dalam sejarah Islam. Ia membawa umat Islam pada tingkat yang lebih tinggi dengan menyebarkan ajaran Islam ke berbagai wilayah di dunia dan menciptakan sistem yang adil dan tertata. Ia telah meninggalkan jejak yang tak terhapus dalam sejarah Islam dan masih menjadi inspirasi bagi para pemimpin saat ini.
7kekhalifahan yang didirikan Umar bin Khattab. Lembaga-lembaga kekhalifahan yang didirikan Umar bin Khattab adalah sebagai berikut: Mendirikan Baitul mal. Mencetak mata uang negara. Membuat peraturan gaji pegawai. Mengadakan pusat-pusat pengawasan terhadap hukum, pasar, jalan dan sebagainya. Membuat sarana komunikasi dan informasi.
JAKARTA – Umar bin Khattab menetapkan penentuan khalifah penggantinya di bawah majelis syura yang beranggotakan enam orang. Di antaranya, Utsman bin Affan, Ali bin Abi thalib, Thalhah bin Ubaidullah, az Zubair bin al Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan Saad bin Abu Waqqash. Dilansir dari laman Youm7 pada Kamis 3/6, dalam Al Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir djelaskan bahwa Umar merasa berat untuk memilih salah seorang di antara mereka. Beliau berkata, "Aku tidak sanggup untuk bertanggung jawab tentang perkara ini baik ketika aku hidup maupun setelah aku mati. Jika Allah menghendaki kebaikan terhadap kalian, Dia akan membuat kalian bersepakat untuk menunjuk seorang yang terbaik di antara kalian sebagaimana telah membuat kalian sepakat atas penunjukan orang yang terbaik setelah Nabi kalian ﷺ". Di antara yang menunjukkan kesempurnaan kewaraan beliau, beliau tidak memasukkan dalam anggota majelis syura tersebut Said bin Zaid bin Amr bin Nufail karena dia adalah anak paman beliau. Beliau khawatir dia akan diangkat karena posisinya sebagai anak paman beliau, dan dia adalah salah seorang yang diberitakan masuk surga, bahkan pada riwayat al Madainy dari para Syaikhnya bahwa dia Said bin Zaid mendapat pengecualian di antara mereka, Umar katakan, "Kamu tidak termasuk anggota majelis syura." Umar berkata kepada anggota majelis syura, "Apakah Abdullah anak beliau ikut hadir? Dia tidak termasuk dalam keanggotaan majelis ini." Bahkan, beliau memberikan pendapat dan nasihat kepada anggota tersebut agar dia Abdullah jangan diberi jabatan tersebut. Beliau juga mewasiatkan agar Shuhaib bin Sinan ar Rumy mengimami sholat selama tiga hari sampai musyawarah itu tuntas dan majelis syura mempunyai kesepakatan atas urusan tersebut. Mereka bermusyawarah membicarakan tentang urusan ini hingga akhirnya hanya terpilih tiga kandidat. Zubair menyerahkan jabatan khalifah tersebut kepada Ali bin Abi Thalib, Saad kepada Abdur Rahman bin Auf, dan Thalhah kepada Utsman bin Affan. Abdurrahman bin Auf berkata kepada Ali dan Utsman, "Sesungguhnya aku melepaskan hakku untuk salah seorang di antara kalian berdua yang berlepas diri dari perkara ini, Allah sebagai pengawasnva. Sungguh akan diangkat sebagai khalifah salah seorang yang terbaik di antara dua orang yang tersisa." Ucapan ini membuat Utsman dan Ali terdiam. Kemudian Abdurrahman melanjutkan, "Aku akan berusaha untuk menyerahkan jabatan tersebut kepada salah seorang di antara kalian berdua dengan cara yang benar." Mereka berdua berkata, "Ya." Kemudian masing-masing mereka memberikan khutbahnya yang menyebutkan tentang keistimewaannya dan berjanji jika mendapat jabatan tersebut tidak akan menyimpang dan jika ternyata tidak, maka dia akan mendengar dan mentaati orang yang diangkat. Mereka berdua menjawab, "Ya." Lantas mereka pun bubar. Abdurrahman berusaha selama tiga hari tiga malam tidak tidur dan hanya melakukan sholat, doa, dan istikharah serta bertanya-tanya kepada mereka yang mempunyai pendapat tentang dua kandidat ini, dan tidak dijumpai seorang pun yang tidak condong kepada Utsman. Ketika tiba pagi hari yang keempat setelah wafatnya Umar bin Khattab, Abdurrahman mendatangi rumah kemenakannya, al Miswar bin Makhramah dan berkata, "Apakah engkau tidur ya Miswar? Demi Allah aku sangat sedikit tidur sejak tiga hari yang lalu. Pergilah untuk memanggil Ali dan Utsman!" Al Miswar berkata, "Siapa yang pertama harus kupanggil?" beliau berkata, "Terserah padamu." Maka aku pun pergi menemui Ali dan aku katakan, "Pamanku tadi memanggilmu," Ali bertanya, "Apakah dia juga memanggil yang lain selainku?" jawabku, "Benar" BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini
Beginilahcara pemilihan pemimpin di zaman Umar bin KhattabHastag TV khusus menyajikan informasi berupa fakta di balik peristiwa mengejutkan, aneh tapi nyata
Jakarta - Menjelang wafat, Khalifah Umar bin Khattab sempat ditanya oleh salah seorang sahabat bernama Mughirah. Umar ditanya soal siapa yang akan menggantikannya sebagai khalifah, pemimpin umat Islam nantinya. Umar yang saat itu sedang terbaring sakit karena enam tusukan pisau beracun merasa serba salah dan berat untuk menjawabnya. Sebab Rasulullah SAW saat meninggal, tidak menyebutkan siapa yang akan menjadi khalifah. Ketika Abu Bakar Ash Shiddiq diangkat menjadi khalifah, tak ada pertentangan di antara para sahabat. Sebab mereka semua mengakui keutamaan Abu Bakar Ash Shiddiq saat akan meninggal sempat bermusyawarah dengan para sahabat yang akhirnya memutuskan bahwa Umar bin Khattab menjadi khalifah. Penunjukkan Umar sebagai khalifah menggantikan Abu Bakar juga tak menimbulkan polemik. Ketika itu Umar dianggap sebagai orang yang paling kuat dan utama menjadi berbeda dihadapi menjelang Umar bin Khattab wafat. Sang Amirul Mukminin itu awalnya tak ingin menentukan calon penggantinya ketika dia meninggal dunia. Namun para sahabat mendesak agar dia menunjuk nama penggantinya."Wahai Umar bin Khattab, apakah engkau ingin mengangkat Abdullah putramu sebagai pengganti," tanya salah seorang sahabat bernama Mughirah seperti dikutip dari buku, The Khalifah Abu Bakar-Umar-Utsman-Ali karya Abdul Latip atas pembaringan dalam kondisi luka parah, Umar menegaskan bahwa dia tidak akan mengangkat anggota keluarganya menjadi khalifah. "Aku tidak akan mengangkat anggota keluargaku sebagai khalifah. Aku haramkan mereka memegang jabatan itu," begitu kata pria yang oleh Rasulullah SAW diberi julukan Al-Faruq Umar pun menunjuk enam sahabat untuk bermusyawarah menentukan nama khalifah baru pengganti dirinya. Enam orang yang kemudian disebut sebagai Majelis Syuro itu adalah Ali bin Abu Thalib, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abu Waqash, Az Zubair bin Al-Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah. Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi dalam buku, Biografi Utsman bin Affan mengatakan, Umar berusaha menjauhkan kerabatnya dari kekuasaan. Padahal ketika itu ada dua anggota keluarganya yakni, putranya Abdullah bin Umar dan kerabatnya Said bin Umar wafat dan dimakamkan di samping makam Rasulullah SAW dan Abu Bakar, enam orang anggota Majelis Syuro berkumpul di rumah al-Miswar bin Makramah. Abdullah putra Umar bin Khattab ikut hadir, hanya saja dia tidak memiliki hak suara. Namun kepada enam orang anggota Majelis Syuro Umar berpesan agar ketika terjadi perselisihan dalam menentukan khalifah, Abdullah bin Umar bisa dijadikan sebagai hakim setelah tiga hari bermusyawarah, Majelis Syuro dan umat Islam di Madinah sepakat mengangkat Utsman bin Affan menjadi khalifah menggantikan Umar bin Khattab. Menurut Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi, Umar bin Khattab telah mewariskan sebuah lembaga politik tertinggi bernama Majelis Syuro yang tugasnya bermusyawarah memilih pemimpin negara atau khalifah."Sistem politik yang baru ini tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Terlebih prinsip musyawarah. Karena hasil keputusan enam orang dibaiat oleh kaum muslimin di masjid Jami'," tulis Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi. erd/erd
BABIII ISI A. Perkembangan Awal Kedua Umar. 1. Umar bin Khattab Umar yang mempunyai nama lengkap Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau lebih dikenal dengan Umar bin Khattab adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad S.A.W. yang juga adalah khalifah kedua Islam (634-644).
UTSMAN bin Affan menjabat sebagai khalifah menggantikan Umar bin Khattab, tepatnya pada tahun 23 H. Utsman bin Affan diangkat menjadi khalifah atas dasar musyawarah dan keputusan para sahabat, yang anggotanya dipilih oleh khalifah Umar bin Khattab sebelum beliau wafat. Keenam anggota panitia itu ialah Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdurahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah. Tiga hari setelah Umar bin Khattab wafat, keenam kandidat kemudian berkumpul dan bermusyawarah selama tiga hari di bawah panitia pemilihan yang terdiri dari Abdullah bin Umar, Abu Thalhah al-Anshari, al-Miqdad, dan Suhaib. Musyawarah pemilihan ini dimulai dengan pembukaan dari Abdurrahman bin Auf yang berkata “Pilihlah tiga orang di antara kalian.” BACA JUGA Orang-orang Pengganti Khalifah Umar Zubair bin al-Awwam berkata “Aku memilih Ali.” Thalhah bin Ubaidilah berkata “Aku memilih Utsman.” Sa’ad bin Abi Waqqash berkata “Aku memilih Abdurrahman bin Auf.” Abdurrahman bin Auf lalu berkata kepada Ali dan Utsman “Aku memilih salah satu di antara kalian berdua yang sanggup memikul tanggung jawab ini. Jadi, sampaikanlah pendapat kalian mengenai hal ini.” Ali maupun Utsman terhening tidak memberikan jawaban. Abdurrahman bin Auf pun memahami keduanya. Lalu Abdurrahman berkata, “Apa kalian hendak memikulkan tanggung jawab ini kepadaku? Bukankah yang paling berhak memikulnya adalah yang terbaik di antara kalian?” Mendengar hal itu, Ali dan Utsman berkata “Ya benar.” Abdurrahman bin Auf kemudian memandangi para sahabat yang hadir dan meminta pandangan mereka. la kemudian berkata kepada Ali “Jika kau tidak mau kubaiat, sampaikan pandanganmu.” Ali bin Abi Thalib berkata, “Aku memilih Utsman.” Lalu Abdurrahman bin Auf memandang Utsman bin Affan. Utsman pun berkata, “Aku memilih Ali bin Abu Thalib.” Dari keenam kandidat tidak ada satu pun yang mau mengajukan diri untuk dibaiat, begitu pun dengan dua kandidat terakhir, Ali dan Utsman. Oleh karena itu, musyawarah pun ditunda. Pada hari kedua, Abdurrahman bin Auf berkeliling Madinah menjumpai para sahabat dan memintai pendapat mereka. Akhirnya di malam hari ketiga, Abdurrahman bin Auf memanggil Zubair bin aI-Awwam dan Sa’ad bin Abi Waqqash, mereka bertiga kemudian bermusyawarah. Setelah ketiganya selesai bermusyawarah, Abdurrahman bin Auf kemudian memanggil Ali bin Abi Thalib dan keduanya berbincang hingga tengah malam. Ketika Ali pergi setelah selesai berbincang-bincang, Abdurrahman bin Auf kemudian memanggil Utsman bin Affan dan keduanya berbincang-bincang hingga azan subuh berkumandang. Pagi itu, kaum muslimin berkumpul di Masjid Nabi. Dihadiri oleh enam kandidat, wakil kaum Muhajirin dan Anshar, serta para pemimpin pasukan. Abdurrahman bin Auf kemudian memandang Ali bin Abi Thalib dan membacakan syahadatain, ia berkata kepada Ali sambil memegang tangannya “Engkau punya hubungan dekat dengan Rasulullah, dan sebagaimana diketahui, engkau pun lebih dulu masuk Islam. Demi Allah, jika aku memilihmu, engkau harus berbuat adil. Dan jika aku memilih Utsman, engkau harus patuh dan taat. Wahai Ali, aku telah berkeliling menghimpun pendapat berbagai kalangan, dan ternyata mereka lebih memilih Utsman. Aku berharap engkau menerima ketetapan ini.” BACA JUGA Orang Quraisy Terguncang ketika Umar bin Khattab Memeluk Islam Setelah berkata kepada Ali, Abdurrahman bin Auf berkata kepada Utsman “Aku membaiatmu atas nama sunnah Allah dan Rasul-Nya, juga dua khalifah sesudahnya.” Ali bin Abi Thalib adalah orang kedua yang berkata yang sama kepada Utsman untuk membaiatnya sebagai khalifah pengganti Umar. Saat itu juga semua kaum muslimin yang hadir serempak membaiat Utsman sebagai khalifah kaum muslimin. Maka Utsman bin Affan menjadi khalifah ketiga dan yang tertua. Pada saat diangkat, ia telah berusia 70 tahun. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram tahun 24 H. Pengumuman dilakukan setelah selesai salat di Masjid Madinah. [] Sumber Sahabat Rasulullah Ustman bin Affan/ Penulis M. Syaikuhudin/ Penerbit Balai Pustaka/ 2012
. g8zj4x06rk.pages.dev/365g8zj4x06rk.pages.dev/299g8zj4x06rk.pages.dev/52g8zj4x06rk.pages.dev/243g8zj4x06rk.pages.dev/219g8zj4x06rk.pages.dev/177g8zj4x06rk.pages.dev/293g8zj4x06rk.pages.dev/249g8zj4x06rk.pages.dev/371
cara pemilihan umar bin khattab